(Entri ini ditulis pada November 2011 lalu. Kini sudah April tahun 2012...kembali semula mengingat saat saya menulis puisi ini. Seminggu lalu cuaca panas terik, manis sekali. Dan laman hadapan rumah saya sarat dengan jambak dandelion menguning urnanya - dan baru sahaja dua yang menguntum putih, sudahpun tersebar ditiup angin dan hujan. Namun terkejutnya, hari ini turun salji, di musim bunga! Saya bayangkan musim panas penuh butir benih dandelion di udara mengganti salji, tapi yang datang benar-benar butir gigil yang seharusnya berputik dari awan Disember... dan kini kuntum-kuntum kuning ini sudah menguncup menanti matari kembali semula. Sekarang benar-benar bergema madah serangga dan manusia: jangan sesekali tiada endah Pengatur Urusan Kini, dan Pemberi Asa sudah..)
Bulan April lalu, saya sedang berprogram di sebuah masjid di pinggir bandar Birmingham. Ketika itu saya terasa sesak dek perasaan mengantuk dan penat. Tiba-tiba sebutir benih dandelion hinggap di atas meja saya, turun perlahan-lahan dari udara. Serta-merta saya terimbas bayangan musim panas dan udara nyaman bertiup kencang setahun lalu, biji-biji benih bunga istimewa ini berlegar-legar di sekitar udara seperti butir-butir salji. Kembali ke meja saya, saya kasihankan sebuah peluang yang dibawa oleh biji benih itu. Alangkah indahnya kalau ia dapat berlumba tumbuh di atas tanah!
Dan terhasillah puisi ini.
Alhamdulillah, saya menyiapkannya dalam bulan April, dan ia terbit dalam Tunas Cipta edisi September 2011. Indahnya, kedua-dua bulan ini saya sebutkan dalam puisi. Dan menongkah badai tahun ketiga saya di bumi asing ini, banyak peristiwa yang boleh saya kaitkan semula dengan puisi saya. Sudilah membaca dan menghayati:
DANDELION
"Selagi ada angin, waima
hancur satu, melata tumbuh
seribu," katamu senang
"Apalah indah tulip
saat hadir semilir?" tambahmu lagi.
Selalunya kita bernaung
bawah terik mentari
ibarat butir-butir salju
pada pertengahan April
seperti tidak akan lebur
seperti jauh dari pupus
Angin bersipongang lantang, "Jangan
hanya harapkan pagar, nanti
pagar mengabaikan
padi yang dicita-citakan."
Sekarang urna kuning
esok memudar putih
"Lalu untuk dipetik
adalah pilihan terbaik,"
nyanyi sang rumput
Namun kita masih nyedar
lupa pada serangga dan manusia
yang saling sinis bermadah:
"Jangan sesekali tiada endah
Pengatur Urusan kini
dan Pemberi Asa sudah."
Dan September tiba bertamu
tanpa sedar kita pun layu.
Birmingham, United Kingdom
23 April 2011.
Tunas Cipta, September 2011.
kredit gambar 2: di sini
helaianrindu: Sudah pertengahan November, tetapi di halaman rumah saya masih berdiri satu kuntum dandelion, tegar menanti tersebar. Moga budi aku semulus engkau.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan